Metode Evaluasi Kerja Organiasi


Pernahkan anda melakukan evaluasi (penilaian) terhadap suatu kinerja seseorang? Bagaimana anda menilai kinerja seseorang tersebut? 
 
Dalam pengalaman saya mengenai evaluasi kinerja seseorang, ini dapat dilihat saat kita salah satu nya terlibat dalam suatu organisasi. Penilaian yang dilakukan dilihat pada kesuksesan pada program kerja yang dilaksanakan. Lalu bagaimana program kerja tersebut dikatakan sukses? Apa indikato-indikator yang membuat acara tersebut dikatakan sukses? Disini saya menjawab, yaitu beberapa antara lain terletak pada: 1.) Sedikitnya kesalahan 2.) Kerjasama anggota yang kompak 3.) Banyaknya partisipan yang datang dalam acara. Lalu bagaimana dapat dinilai acara tersebut terdapat sedikitnya kesalahan? Bagaimana menilai kerjasama anggota yang kompak? Dan bagaimana menilai banyak nya partisipan atau tidaknya partisipan. Biasanya dalam menjawab ini hanya menjawab dengan deskripsi dan dijabarkan melalui perspekrif dari masing-masing individu/ ketua pada acara tersebut dalam melakukan evaluasi (Penilaian) terhadap kinerja anggotanya), yang tidak berdasarkan persentasi atau angka-angka selaknya yang dapat diukur.

Nah berikut ini kita akan membahas lebih lengkap mengenai indicator-indikator yang dapat diukur untuk melakukan evaluasi.
Untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja organisasi perlu ditentukan indikator yang akan diukur. Indikator ini dapat dilihat dari beberapa metode pengukuran kinerja yang selama ini dikenal seperti Common Assessment Framework (CAF) dan Baldrige National Quality Program (BNQP).

1.     Common Assessment Framework (CAF)
         CAF merupakan alat untuk mengukur organisasi (self assessment) di sektor publik. CAF dikembangkan oleh Directors-General of Public Administration dari negara anggota Uni Eropa untuk mendukung pengenalan ide dan prinsip-prinsip total quality management (TQM) di bidang sektor publik di Uni Eropa dan sekitarnya.  CAF terdiri dari 9 kriteria evaluasi yang secara bersama-sama membentuk sebuah framework yang logis dan menyeluruh, dan memungkinkan untuk dilakukannya pengukuran pada kegiatan dan tindakan yang relevan, dan kinerja dari organisasi sektor publik. Empat kriteria digunakan untuk mengukur kinerja enabler (apa yang dilakukan organisasi untuk mencapai hasil yang ekselen). Kemudian, lima kriteria digunakan untuk mengukur results (hasil-hasil yang dicapai organisasi).
Kriteria yang masuk dalam kategori Enabler adalah :
a.       Kriteria 1: Kepemimpinan, yaitu bagaimana pimpinan dan manajer mengembangkan dan memfasilitasi pencapaian misi dan visi dari organisasi publik.
b.      Kriteria 2: Kebijakan dan Strategi, yaitu bagaimana organisasi menerapkan misi dan visinya melalui strategi yang berfokus pada stakeholder yang jelas, didukung oleh kebijakan, tujuan yang telah direncanakan, target dan proses-proses yang relevan.
c.       Kriteria 3: Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu bagaimana organisasi mengelola, mengembangkan dan menyebarkan pengetahuan dan potensi orang-orangnya secara maksimal pada tingkat individu, kelompok, maupun organisasi.
d.      Kriteria 4: Sumber-sumber dan Kemitraan Eksternal, yaitu bagaimana organisasi merencanakan dan mengelola kemitraan eksternal dan sumber-sumber internalnya untuk mendukung kebijakan dan strateginya, dan proses operasinya yang efektif.

Kriteria yang masuk dalam kategori Results adalah :
a.       Kriteria 5: Manajemen Proses dan Perubahan, yaitu bagaimana organisasi mendisain, mengelola dan meningkatkan prosesnya untuk mendukung kebijakan dan strateginya, dan secara penuh memuaskan para pengguna jasa dan stakeholder-nya.
b.      Kriteria 6: Hasil-hasil yang berorientasi pada pengguna jasa/masyarakat, yaitu hasil apa yang dicapai organisasi dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan para pengguna jasa dan masyarakat dengan hasil-hasil (outcomes) external-nya.
c.       Kriteria 7: Hasil-hasil Manusia (Pegawai), yaitu hasil-hasil yang dicapai organisasi dalam kaitannya dengan kepuasan para pegawainya.
d.      Kriteria 8: Dampak pada masyarakat, yaitu apa yang dicapai organisasi dalam memuaskan kebutuhan dan harapan dari masyarakat pada tingkat lokal, nasional, dan internasional (sesuai dengan cakupan organisasi).
e.       Kriteria 9: Hasil-hasil Kinerja Kunci, yaitu apa yang dicapai organisasi dalam hubungannya dengan mandat dan tujuan-tujuan khususnya dan dalam memuaskan kebutuhan dan harapan dari setiap orang.


2.     Baldrige National Quality Program (BNQP) 
     BNQP adalah sebuah program yang dilaksanakan oleh National Institute ofStandards and Technology (NIST), sebuah lembaga federal dibawah Commerce Department’s Technology Administration. Program ini ditujukan untuk meningkatkan tingkat kompetisi, kualitas, produktifitas dan kinerja organisasi-organisasi di Amerika Serikat. Adapun kriteria-kriteria yang dievaluasi melalui metode ini dibangun berdasarkan seperangkat nilai dan konsep yang saling berhubungan sebagai berikut:
 
1.      Visionary leadership, yaitu seorang pemimpin harus menyusun arah, sistim nilai yang jelas serta pengharapan yang tinggi bagi organisasinya. Arah, sistim nilai dan pengharapan harus seimbang terhadap keseluruhan kebutuhan stakeholder. Selain itu pemimpin harus bisa juga menjamin bahwa pada penyusunan strategi, sistem dan metode menunjang pencapaian hasil yang terbaik, mendorong inovasi serta membangun pengetahuan dan kemampuan pegawai.
2.     Customer-driven excellence, yaitu sebuah konsep strategis dalam menghadapi keinginan customer serta pasar. Kualitas dan kinerja dinilai oleh customer organisasi. Oleh karena itu prinsip ini mempunyai dua komponen, yang pertama kemampuan memahami kemauan customer saat ini dan kedua, antisipasi terhadap kemauan customer dimasa depan serta perkembangan pasar.
3.     Organizational and personal learning, yaitu dalam pencapaian level tertinggi dari kinerja organisasi dibutuhkan organizational and personal learning agar dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi di dalam organisasi.
4.     Valuing employees and partners, yaitu peduli pada peningkatan pengetahuan, keahlian, kreativitas dan motivasi para pegawai dan relasi kerja.
5.     Ability yaitu sebuah kemampuan untuk perubahan yang cepat dan fleksibilitas.
6.     Focus on the future  yaitu orientasi yang kuat akan masa depan dan kemauan membentuk komitmen jangka panjang dengan stakeholder. Perencanaan organisasi harus mempertimbangkan banyak faktor seperti harapan customer, peluang bisnis yang baru, globalisasi, perkembangan teknologi dan sebagainya.
7.     Managing for innovation. Dengan prinsip ini inovasi adalah melakukan perubahan yang berarti untuk meningkatkan kualitas produk, servis dan proses yang memberi nilai tambah baru bagi seluruh stakeholder. Inovasi harus mampu membimbing organisasi menuju pada tingkat lain dari kinerja yang telah dicapai.
8.     Management by fact, yaitu ketergantungan organisasi pada pengukuran  dan analisis kinerja. Dengan analisa data dari hasil pengukuran kinerja dilakukan evaluasi dan perubahan untuk mendukung pencapaian tujuan.
9.     Public responsibility and citizenship, yaitu penekanan tanggungjawab organisasi pada publik terkait dengan kesehatan dan keselamatan publik dan keselamatan lingkungan serta kemauan bertindak sebagai warga yang baik dengan mengutamakan tujuan-tujuan penting dimasyarakat seperti peningkatan pendidikan misalnya.
10.   Focus on results and creating value yaitu pengukuran kinerja organisasi harus fokus pada pencapaian hasil. Pencapaian hasil digunakan sebagai penciptaan nilai tambah dan nilai penyeimbang antar stakeholder. Dengan menciptakan nilai tambah bagi para stakeholder, organisasi membangun loyalitas dan berkontribusi pada lingkungannya.
11.    System perspective yaitu melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan dari semua unsur-unsur yang ada untuk mencapai sukses yang diidamkan.




Sumber:
Aliwear. 2012. Evaluasi Kinerja Organisasi. Dalam: https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/13/evaluasi-kinerja-organisasi/. Diakses tanggal 19 April 2020.

Komentar